
Calvin, Asy'ari, dan Predestinasi
8 Ramadhan 1428 H
Predestinasi mengajarkan bahwa manusia telah diciptakan takdirnya oleh Tuhan sejak zaman tanpa permulaan (azali) mengenai nasibnya, termasuk apakah ia akan masuk surga atau neraka. Teori ini oleh Asy'ari disebut kasb. Kemudian oleh Asy'ari dilembagakan dalam pahamnya kaum Sunni.
Ujung-ujungnya teori predestinasi ini akan berhadapan dengan otonomi manusia sebagai makhluk di muka bumi yang ikut ambil bagian (andil) menentukan nasibnya sendiri. Baik Asy'ari maupun Calvin, keduanya menemui kesulitan tentang predestinasi Allah yang akan dihadapkan dengan otonomi manusia ini.
Kalau benar bahwa nasib sudah secara am ditentukan Allah, bukankah ini berarti setiap perbuatan salah atau dosa sebenarnya sudah ditentukan dari sononya? Lalu apa bedanya manusia dengan wayang atau lakon Unyil yang tindakan keduanya sudah ditentukan dalam buku dan script?
Kalau begitu si pembuat ceritera inilah sumber dosa. Jadi dalam predestinsi Allah, Tuhan pun adalah sumber dosa.
Tidak! begitu jawab Calvin. Dia bilang kepada kita bahwa rahasia dan perbuatan Allah tidak dapat dipahami oleh akal budi kita. Baginya "God works in a mysterious way". Syaikh Asy'ari bahkan mengatakan hal yang sama jauh sebelum Calvin dilahirkan. Keduanya memberi ruang pada konsep pertanggungjawaban manusia di kehidupan sesudah matinya.
Tentang kosep pertanggungjawaban, menarik sekali, bahwa biasanya pertanggungjawaban didahului oleh adanya hak dan kewajiban, yang merupakan konsekuensi dari suatu pemberian wewenang. Dalam audit, manajemen harus bertanggung jawab kepada stakeholders. Stakeholder ini menurutku ada tiga, pertama kepada pemegang saham, kedua lingkungan dan ketiga publik. Dua yang terakhir bisa melalui pintu "bayar pajak kepada negara". Pandanganku ini berdasar pada suatu asumsi bahwa negara merupakan kesatuan geopolitik antara lingkungan dan manusianya.
Predestinasi yang ekstreem adalah lain hal. Manusia tidak pernah diberi kewenangan oleh Tuhan, tidak punya hak dan kewajiban, tidak (boleh) punya pilihan. Oleh karena itu tidak perlu pertanggungjawaban, karena tuhan terlalu asyik bermain dengan mainan dan dirinya sendiri. Ini cuma gagasan. Masih bisa berubah.
0 comments:
Posting Komentar